Jakarta – Dikoordinir oleh RA Menteri PerekonomianMenteri KoordinatorErlanga Hartanto mengatakan, perekonomian Indonesia mampu menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dalam berbagai proses terdepan di tengah tantangan instabilitas global saat ini.
JAKARTA, Jumat (9/10/2022), “Di tengah ketidakpastian dan dampak memburuknya topan global, ekonomi kita telah menunjukkan ketahanan, mencapai hasil yang mengesankan di posisi terdepan dalam berbagai indikator.”
Menurut Erlanga, keberhasilan tersebut tidak berbeda dengan rangkaian langkah darurat yang ditempuh pemerintah dalam rencana pengendalian Covid-19 dan penyelamatan ekonomi negara dalam konsep “People First Policy”.
Vaksin terus mendapatkan momentum sebagai terobosan dalam memerangi epidemi ini, dengan lebih dari 445 juta dosis sejauh ini.
Pada 6 Desember 2022, anggaran vaksinasi pertama tercatat sebesar 203.759.538 atau 86,83% dari target, sedangkan anggaran kedua sebesar 174.345.886 atau 74,3% dari target.
Kemudian jumlah ketiga sebesar 67.235.823 atau 28,65% dari target dan keempat sebesar 959.495 atau 4,17%.
Baca juga: Peduli terhadap penderita kanker, donasi rambut terus berlanjut bersama Lifebuoy dan MNC Peduli.
Untuk mencegah efek baru sub bursa Omicron, pemerintah telah menyiapkan vaksin booster kedua untuk lansia dan menetapkan PPKM tahap 1 untuk seluruh wilayah dan kota.
Jika permasalahan Covid-19 dapat dikendalikan, ekonomi Tanah Air berpeluang mencatatkan kinerja kuat pada triwulan III 2022, tumbuh sebesar 5,72% (y/y) atau 1,81% (qtq) dan diperkirakan akan berlanjut hingga 5, 2%. per tahun) pada akhir tahun.
Sementara konsumsi rumah tangga tumbuh 5,39% (y/y) dan PMTB tumbuh 4,96% (y/y).
Prospek positif ini diperkirakan akan berlanjut di tahun 2023, yaitu ekonomi negara diperkirakan tumbuh sebesar 5,3% (disetahunkan) tahun depan, sementara banyak organisasi internasional memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,7% hingga 5,1%.
Pertumbuhan yang mengesankan tersebut didorong oleh kinerja ekonomi daerah yang kuat di berbagai daerah, mulai dari Pulau Jawa 56,39%, Sumatera 22%, Kalimantan 9,42%, Sulawesi 7,11%, Bali Nusra 2,74% dan Maluku Papua 2,43%.
Inflasi negara yang dipicu oleh kenaikan harga minyak pada September dan mencapai 5,71 persen pada Oktober hampir terkendali dan turun menjadi 5,42 persen pada November.
Tingkat inflasi Indonesia dinilai lebih baik dibandingkan negara lain seperti Argentina sebesar 88%, Turki sebesar 85,5%, Inggris sebesar 11,1% dan Uni Eropa sebesar 10,7%.
Artinya, dalam uji coba yang sama, Indonesia mampu mengendalikan angka tersebut dengan baik, meski kenaikan harga pembawa energi di Indonesia sudah ‘dibeli’ oleh pemerintah, kata Erlanga.
Menurutnya, perkembangan positif inflasi tersebut tidak lepas dari kerjasama strategis yang erat antara pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia, Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) dan Gerakan Pengendalian Inflasi Pangan Nasional ( GNPIP). .
Pemerintah telah melakukan upaya stabilisasi inflasi melalui kebijakan 4K, yaitu keterjangkauan, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
Meskipun dibayangi oleh jatuhnya harga komoditas dan lemahnya permintaan global, sektor bisnis berkinerja baik pada Oktober 2022, dengan laba sebesar $5,67 miliar pada Oktober 2022, atau kenaikan ke-30 berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus perdagangan tersebut merupakan hasil dari aktivitas ekspor musiman yang kuat didorong oleh harga ekspor yang lebih tinggi, terutama untuk komoditas utama Indonesia seperti batu bara, CPO dan baja.
PMI Indonesia November 2022 menunjukkan hasil positif dan sektor manufaktur juga optimis di 50,3.
Terakhir, akselerasi pertumbuhan ekonomi negara tahun ini difasilitasi oleh peningkatan kinerja indikator utama di sektor ketenagakerjaan, meski sektor pertanian memiliki potensi yang besar.
Dibandingkan Agustus 2021 yang masih 6,49 persen, tingkat pengangguran terus menurun menjadi 5,86 persen pada Agustus 2022, sementara jumlah pekerja yang terdampak Covid-19 turun menjadi 17,17 juta.